ASEAN dan Tatanan Keamanan Regional
1. Berbagai tantangan dan perubahan strategis yang muncul di kawasan telah mendorong ASEAN melakukan berbagai perubahan struktur kelembagaan ASEAN. Keputusan ASEAN untuk mengadopsi Piagam ASEAN dan Cetak Biru menuju Komunitas Politik Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya pada tahun 2015 diharapkan akan berdampak positif terhadap perkembangan politik, ekonomi dan sosial budaya ASEAN. Komunitas ASEAN diharapkan akan memperkuat kohesivitas ASEAN, yang pada akhirnya memperkuat daya tawar ASEAN dalam berhadapan dengan berbagai kekuatan regional. ASEAN yang lebih kohesif juga diharapkan dapat meningkatkan efektifitas ASEAN dalam merespon berbagai tantangan baik internal maupun eksternal sehingga tetap bisa menjadi elemen inti pada arsitektur keamanan regional ke depan.
2. Seberapa jauh Komunitas ASEAN mampu mengantarkan ASEAN sebagai kekuatan regional yang solid tergantung pada bagaimana mekanisme yang ada pada Komunitas ASEAN mampu menyelesaikan berbagai persoalan domestik dan persoalan bilateral antar negara anggota ASEAN seperti masalah pembangunan politik dan ekonomi dalam negeri, penyelesaian masalah perbatasan, serta kapasitas ASEAN dalam menyelesaikan berbagai persoalan keamanan non tradisional yang menjadi permasalahan bersama ASEAN seperti masalah energi, pangan, perubahan iklim, sea level rise dan kemiskinan. Domestic reconstrution ASEAN harus dilakukan agar Komunitas ASEAN dapat berjalan secara efektif.
3. Penanganan masalah internal ASEAN dan masalah-masalah keamanan non tradisional akan menjadi major agreement or disagreement di kawasan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kohesivitas dan guliran arsitektur keamanan di kawasan. Tingkat kohesivitas internal ASEAN akan berdampak pada kapasitas ASEAN dalam membuat joint strategy secara nyata, khususnya dalam menghadapi kepentingan-kepentingan dan politik negara besar di kawasan, sehingga keberadaan ASEAN selalu diperhitungkan oleh negara-negara besar di kawasan.
The Rise of China and India
4. Sementara itu, pasca perang dingin, naiknya China dan India dalam percaturan politik global dan regional yang disusul oleh bubarnya Uni Soviet, telah memperumit arsitektur keamanan regional. Pada saat yang sama, naiknya China dan India memberikan pula tantangan pada posisi dan peran Jepang di kawasan Asia Timur. Pada satu sisi, naiknya China dan India memberikan peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara di kawasan, khususnya dalam pengembangan kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi dan alih teknologi. Pertumbuhan ekonomi China yang tinggi selama beberapa dekade terakhir telah meningkatkan impor dan investasi China dengan negara di kawasan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan kawasan. China juga berupaya untuk memberikan kesan mengenai peaceful rise of China yang akan membawa kemakmuran di kawasan.
5. Sementara naiknya India dinilai bukan merupakan ancaman bagi kawasan, naiknya China yang disertai dengan pembangunan militer (military build up) China dan sikap China yang semakin assertive di kawasan baik dalam kerangka hubungan bilateral maupun dalam kerangka multilateral telah menyebabkan negara-negara di kawasan harus lebih berhati-hati karena merasa khawatir terhadap manuver China. Kebijakan China semakin agresif khususnya jika terkait dengan konflik teritorial dan perbatasan dengan negara-negara di kawasan. Saat ini terdapat beberapa potensi konflik antara negara kawasan dengan China terkait klaim wilayah dan perbatasan yaitu antara lain konflik Laut China Selatan antara China dengan sejumlah negara ASEAN, konflik China-Taiwan, masalah perbatasan China-Jepang, perbatasan China-India dan China-Rusia.
6. China juga terlihat semakin agresif di kawasan dalam upayanya untuk mengamankan sumber-sumber energi yang ada. Kepentingan China di bidang ini akan turut mempengaruhi perkembangan politik dan perimbangan kekuatan di kawasan. Kepentingan China atas energi dan dukungan China di Myanmar telah memperkuat kedudukan rejim militer di negara tersebut sehingga dapat bertahan dari berbagai tekanan internasional dan ASEAN untuk melakukan kemajuan di bidang demokrasi dan penghormatan terhadap HAM di negara tersebut.
7. China juga semakin agresif untuk mengembangkan hubungan dan memberikan bantuan pembangunan kepada pemerintah Timor Leste. Diperkirakan kepentingan China adalah untuk memperoleh akses terhadap gas dan minyak di Celah Timor. Ke depan, kebijakan China di Timor Leste sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan bilateral Indonesia-Timor Leste. Sehubungan dengan hal tersebut, penguatan hubungan Indonesia-Timor Leste dan penguatan hubungan ASEAN–Timor Leste melalui masuknya Timor Leste ke ASEAN sedikit banyak diharapkan dapat memperkecil pengaruh China di negara tersebut.
8. Beberapa kalangan melihat bahwa sikap agresif China mengenai masalah wilayah dan perbatasan tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh sistem politik China yang masih bersifat otoriter oleh Partai Komunis China. Agresivitas China terkait isu tersebut merupakan upaya pemerintah China untuk memperkuat legitimasi politik di mata rakyat China. Secara teoritis sentimen nasionalisme, masalah wilayah dan perbatasan merupakan sumber legitimasi politik. Oleh karenanya, sekiranya China mengalami krisis politik dalam negeri, diperkirakan China akan semakin agresif terhadap negara-negara di kawasan. Seberapa jauh China agresif dalam menggunakan kekuatan militer akan ditentukan oleh seberapa jauh keterlibatan dan komitmen AS bagi keamanan kawasan dan perbandingan relatif kekuatan militer China dengan negara-negara di kawasan.
9. Beberapa kalangan juga mempertanyakan motivasi sebenarnya dari keterlibatan China dengan negara-negara di kawasan. Sejarah menunjukkan bahwa China mendekatkan diri dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada saat negara-negara barat dan Amerika bersifat kritis terhadap China khususnya terkait dengan masalah demokrasi dan HAM, sebagaimana yang dilakukan China dalam normalisasi hubungan dengan beberapa negara Asia Tenggara pada tahun 1990-an setelah barat bersikap kritis pasca tragedi Tiananmen tahun 1989. Selain itu, kedekatan tersebut juga didorong oleh kepentingan akan potensi kawasan bagi pasar produk China. Untuk itu, perlu adanya langkah-langkah antisipasi untuk meng-contain China sekiranya China semakin agresif dan the rise of China sudah menjadi the source of threat. Sehubungan dengan hal tersebut, negara-negara ASEAN perlu melakukan koordinasi kebijakan luar negeri terhadap China.
10. Nampaknya agresivitas China dan China as a threat lebih banyak ditentukan oleh sistem politik negara tersebut yang bersifat otoriter. Oleh karena itu, sebenarnya the ultimate solution dari the rise of china as a threat adalah reformasi politik secara bertahap menuju sistem yang demokratis di China.
Penanganan isu-isu Keamanan Non Tradisional
11. Kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur juga dihadapkan pada berbagai tantangan keamanan non-tradisional seperti masalah-masalah lingkungan, perubahan iklim, sea level rise, masalah pangan, ketersediaan energi, terorisme, human trafficking dan kemiskinan. Berbagai permasalahan keamanan non tradisional tersebut telah mendorong terjadinya migrasi penduduk baik dalam rangka tenaga kerja maupun human trafficking dan people smuggling, sebagaimana yang dilakukan oleh sekelompok asylum seekers dari Sri Lanka yang berusaha masuk Australia melalui wilayah Indonesia.
12. Kerjasama antar negara di kawasan dalam penanganan masalah-masalah keamanan non tradisional tersebut akan berdampak positif terhadap pembentukan arsitektur keamanan regional. Selain itu, masih perlu juga dilihat apakah rejim internasional dapat dibentuk baik dalam kerangka PBB, regional maupun ASEAN untuk merespon berbagai ancaman tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar